Sudah
hampir dua minggu saya tidak bikin artikel baru. Bukan, bukan karena tidak
punya ide / bahan yang mau ditulis karena sebenernya ada begitu banyak hal yang
ingin saya tulis. Tapi waktunya yang ga ada. Percaya atau tidak, saya butuh
waktu sekitar 2 jam untuk menghasilkan 1 tulisan. Ya, waktu yang cukup lama,
tapi mungkin masih bisa dimaklumi untuk kategori pemula seperti saya. -_-"
Nah, di
bulan Desember ini susah banget nyediain waktu 2 jam buat fokus nulis. Ga tau
kenapa. Entah karena emang tugas dari kampus yang banyaknya ga usah ditanya, jadwal
kuliah yang padat senin-sabtu ditambah kuliah malam tiap senin-jumat sampai
20.30, sibuk ini-itu, atau memang saya-nya aja yang sok sibuk. (*jadi curhat, eh?)
Hmm..
Ngomong-ngomong soal kesibukan. Di awal bulan ini saya dapet tawaran ‘pekerjaan’
dari temen untuk jadi surveyor.
Tujuan awal saya tertarik bergabung cuma 1, mau
melatih communication skill, untuk
meminimalkan kelemahan saya sebagai orang yang pendiam (?). Seiring berjalannya
waktu, mulai muncul godaan di saat beberapa orang mulai memperbincangkan
masalah fee. Hmm.. Prinsip ekonomi
yang ke-4 menurut Mankiw, People respond
to incentives. Saya mulai tergoda, dan tujuannya pun jadi bercabang. Hmm..
Wajar sih ya, UUD*, secara kita anak ekonomi. Saya pernah mendengar anekdot “anak
ekonomi yang ga UUD, maka pantas dipertanyakan ke-ekonomi-annya”.. Hmm.. Bener
ga yaaa? Tergantung pandangan masing-masing juga sih pada akhirnya.
Ya,
mulailah saya melakukan survey bersama seorang teman. Pergi ke alamat yang
sudah tertera di data. Tidak mudah untuk menemukan alamat yang tertulis karena
kebanyakan tersembunyi di gang-gang yang nomernya tidak beraturan. Hanya orang-orang
yang tinggal di daerah situ saja yang paham mengenai pengaturan nomer rumah
itu. Di sinilah dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Saya, yang pendiam malas
bertanya, mengandalkan papan penunjuk jalan dan nomor masing-masing rumah
akhirnya bolak-balik karena tidak menemukan alamat yang dicari. Sampai pada
akhirnya ditegur sama ibu-ibu yang mungkin dari tadi memperhatikan kita. “Aih
si Neng dari tadi bolak-balik wae, nyari apa? Bukannya nanya”.
Aduh,
jadi ngerasa ga enak ada yang merhatiin -_-“ Akhirnya saya nanya, dan menemukan
alamatnya. Tapi sayang, pemiliknya lagi ga ada di rumah dan objek survey nya
pun sudah tidak ada.
Kemudian
saya menuju alamat selanjutnya. Tidak terlalu susah untuk menemukan alamat ke-dua
dan ke-tiga karena terletak di pinggir jalan. Namun sayang, tidak ada
tanda-tanda kehidupan di sana. Saya mulai bertanya pada tetangga, apakah ini
alamat orang yang saya cari. Dan ternyata pemiliknya sudah pindah.
Pencarian
dilanjutkan dan alhamdulillah berhasil. Alamat ke-4 ditemukan dan ada pemilik
yang bersedia untuk diwawancarai. Alhamdulillah pencarian hari itu tidak
sia-sia, setidaknya berhasil menemukan 1 responden. :)
*************
Beberapa
hari selanjutnya, saya kembali melakukan pencarian bersama seorang temen
lainnya. Telah 5 alamat yang kami telusuri, namun tidak ada satupun yang bisa
jadi responden. Macam-macam penyebabnya, ada yang pemiliknya lagi ga ada dan
baru pulang 1 minggu kemudian, ada yang usahanya udah ga jalan, ada yang tutup dan
pas ditelpon ga ngangkat, dsb.
No result. Hmm.. Kalo boleh saya
mengeluh, saya akan mengeluh karena tidak mendapatkan apa yang saya rencanakan padahal
menurut saya, saya telah melakukan usaha yang maksimal.
Namun,
kemudian saya berpikir lagi. Apa tujuan awal saya? Tujuan saya adalah untuk
melatih communication skill. Dan
semuanya menjadi jelas bagi saya. Saya tidak mendapatkan responden bukan
berarti no result. Karena di situlah proses
saya belajar. Dengan susahnya mencari responden, maka saya mendapat kesempatan
untuk lebih banyak bertanya dan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Bayangkan
kalo seandainya saya bisa menemukan alamat responden dengan mudah, maka saya
tidak yakin bahwa tujuan awal saya akan tercapai. Lalu kenapa saya mengeluh? Apakah ada yang salah dengan tujuan saya? Apakah tujuan saya sudah terkontaminasi dengan tujuan lainnya sehingga tidak lagi lurus dan fokus? Hmm.. Mungkin.
Bismillah, mulai meluruskan niat lagi.
Hmm.. Ya, kita punya rencana dan Allah juga punya rencana terbaik bagi hamba-Nya. Tugas saya (kita), adalah berbuat dengan baik dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai rencana tersebut. Kalo udah berusaha, doa, dan tawakal - berserah diri menerima skenario yang telah ditetapkan-Nya, Insya Allah semuanya akan terasa indah dan bermanfaat..
Catatan:
[UUD =
ujung-ujungnya duit]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar